Rabu, 24 September 2008

Ketika Tuhan dipertanyakan

Bapa genggam tanganku, aku rindu saat teduh bersamaMu
Dekap aku dalam hangat naunganMu
Bawa hidupku padaMu masuk dalam altarMu yang kudus
Bapa, pegang tanganku. Aku rindu tinggal di dalam hatiMu
Engkau terang yang membuatku melihat
Melihat jauh ke dalam kebenaranMu Bapa
Lebih dari nafasku, Bapa. Kuperlukan kasihMu Bapa
Berjalan di sampingMu Bapa seumur hidupku
Lebih dari nafasku Bapa. Kuperlukan kasihMu Bapa
Peganglah tanganku ya Bapa, untuk selamanya

Akhir-akhir ini aku mendadak insyaf. Menjadi suka mendengarkan lagu rohani yang berjudul LEBIH DARI NAFASKU. Lagu rohani yang teduh, menjadi kesukaanku. Membuatku sadar bahwa Dia selalu bersama kita, tidak pernah meninggalkan kita sedetikpun.

Jadi teringat sepenggal masa yang telah kulewati. Ketika aku mulai memberontak kepada Tuhan pada awal aku masuk kuliah. Ketika 1 peristiwa membuatku mempertanyakan keberadaanNya. Susah dipercaya memang, aku yang awalnya menganut Karismatik, mendadak memberontak dan mempertanyakan keberadaanNya. Sebagai bentuk protesku, selama 1 bulan aku tidak mau membuat tanda salib. Sekedar informasi, tanda salib adalah tanda yang biasa dibuat oleh orang Katolik sebelum dan sesudah berdoa (tuh di telenovela paling banyak dilakukan. Apalagi di telenovela Maria Mercedes). Aku memutuskan untuk tidak membuat tanda salib sebelum aku menemukan jawaban dari pertanyaanku. 1 bulan berlalu, akhirnya aku lelah mencari jawaban. Maka akupun kembali mau melakukan tanda salib walaupun pertanyaanku belum terjawab. Maka kehidupan kujalani dengan datar-datar. Bahkan bisa dibilang aku termasuk orang yang anti kalau ada pendalaman kitab suci ataupun ada KKR (Kebaktian Kebangkitan Rohani), tidak seperti teman-temanku dulu yang dengan getolnya melakukan pendalaman Alkitab. Bisa dibilang aku hanya meramaikan suasana.

Aku lupa sudah berapa tahun aku menjalani hidup tanpa benar-benar menyayangiNya akibat pertanyaanku yang belum terjawab. Perjalanan demi perjalanan telah kulakukan untuk mencari jawaban, tapi hingga lebih 6 tahun aku masih belum menemukan jawaban. Segala macam perjalanan, menempuh kegelapan tanpa ada setitik terang. Hingga pada akhirnya jawaban itu kutemukan di Surabaya dengan seorang Romo yang memberiku pencerahan dan menghentikan perjalananku. Pertanyaanku simple, tapi kenapa selama 6 tahun aku tidak menemukan jawabannya? Aku hanya bertanya : dimana Dia saat aku mencariNya? Ketika aku memanggilNya dalam segala namaNya, aku memanggil Yesus, memanggil Tuhan, memanggil Allah Bapa, memanggil Roh Kudus, memanggil Putra Allah, tapi Dia tidak datang. Mungkinkah Dia hanya diam, melihat dari kejauhan? Dari tempatNya di atas sana. Dengan segala kemuliaanNya membuatNya tidak mengirim seseorang sehingga aku yakin bahwa Dia ada. Padahal ketika aku memanggilnya, aku rajin berdoa, aku rajin membaca Alkitab, aku selalu ingat Dia.

Saat itu Romo menanyakan apakah aku pernah dengar tentang footprint?aku jawab iya. Footprint adalah kisah ketika seorang berjalan di pantai bersama Yesus. Saat itu ada jejak 2 orang. Namun ketika orang tersebut melewati masa susah, dia hanya melihat jejak 1 orang. Maka bertanyalah ia kepada Tuhan.”Tuhan, dimana kamu saat aku mengalami kesusahan? Kenapa kamu meninggalkanku?”. Tapi Tuhan hanya tersenyum dan berkata ”Itu adalah jejak kakiKu. Ketika kamu menghadapi masa susah, Aku menggendongmu agar kau kuat menjalani persoalanmu itu.”

Lalu aku berkata kepada Romo, saat itu aku cuma butuh kehadiranNya. Aku tidak membutuhkanNya untuk menggendongku. Aku mencariNya, aku memanggilNya, kenapa Dia tidak muncul? Suaraku habis memanggil namaNya.
Kata Romo, ”Sepertinya kamu lupa bahwa Yesus pernah disalib. Kau hanya melihat Yesus dalam kemuliaanNya. Cobalah lihat ketika Dia sedang disalib. Apakah saat Ia disalib Ia turun dari salibNya untuk memenuhi permintaan orang-orang yang ingin melihatNya turun dari salib untuk menyelamatkan diriNya, ataukah Dia hanya terdiam dan menyelesaikan tugasNya? Mungkin saat itu Tuhan tahu bahwa salib yang harus kau alami terlalu berat untuk kau pikul sendiri, sehingga Ia rela ’kembali disalib’ untuk meringankan beban salibmu.”
Iya, aku lupa bahwa itulah salibku. Aku lupa bahwa cara Tuhan tidaklah sama dengan cara kita manusia. Tidak semua yang kita doakan akan dikabulkan karena Tuhan tidak memberikan apa yang kita minta, tapi Ia memberikan apa yang kita butuhkan. Saat itu Tuhan tidak meninggalkanku, Ia tahu bahwa aku tidak kuat menanggungnya sendirian sehingga Ia rela untuk ’kembali disalib’.

Aku percaya dengan rancanganNya yang indah, bahwa Ia telah mengatur hidupKu sedemikian indah. Saat ini aku bersyukur karena saat ini imanku kembali dikuatkan dengan lingkungan sekitarku. Tuhan kasih aku pekerjaan di lingkungan universitas yang bisa menumbuhkan imanku dengan adanya doa bersama tiap hari Jumat, dan Ia menempatkanku pula di Rumah sakit untuk magang dimana tiap pagi kami mengadakan biston. Segala rahmat dan berkatNya tidak pernah meninggalkan kita manusia, kitalah yang meninggalkanNya. [Nav]

1 komentar:

ayu mengatakan...

ckckck..