Selasa, 08 April 2008

Antara atasan dan perusahaan

Siang ini ada 1 email yang masuk ke email pribadi saya. Intinya jika seorang karyawan meninggalkan pekerjaannya, kemungkinan besar bukan karena ketidakpuasannya terhadap perusahaan, tetapi terlebih kepada atasannya.
Jika orang-orang yang bagus meninggalkan perusahaan, lihatlah atasan langsung/tertinggi di departemen mereka. Lebih dari alasan apapun, dia adalah alasan orang bertahan dan berkembang dalam organisasi. Dan dia adalah alasan mengapa mereka berhenti, membawa pengetahuan, pengalaman, dan relasi bersama mereka. Biasanya langsung ke pesaing. Orang meninggalkan manajer/direktur anda, bukan perusahaan, tulis Marcus Buckingham dan Curt Hoffman penulis buku First Break All the Rules.

Tapi tentu saja tidak semua kasus pengunduran diri karyawan terjadi dengan alasan karena atasan. Menurut saya, setiap pilihan pasti ada alasannya. Jika bukan karena kecewa terhadap perusahaan ya berarti kecewa terhadap SDM. Tidak semua alasan orang mengundurkan diri adalah karena kecewa terhadap atasannya. Bisa jadi juga dikarenakan lingkungan kerja yang tidak kondusif. Atau ketidakpuasan terhadap perusahaan.

Perusahaan disini bukan menunjuk kepada sebuah bangunan. Tentu saja jika menunjuk kepada bangunan maka perusahaan tidak pernah salah. Akan tetapi perusahaan lebih mengarah pada ketenaran sebuah perusahaan, fasilitas yang dapat diberikan oleh perusahaan, letak perusahaan, gaji, posisi seseorang dalam perusahaan. Sedangkan SDM lebih mengarah pada hubungan interpersonal baik terhadap karyawan lain maupun terhadap atasan.

Salah satu sifat dasar manusia adalah tidak pernah puas dan selalu berusaha mencari yang lebih baik. Entah yang lebih baik itu dilihat dari segi yang mana, yang pasti terkadang sifat inilah yang membuat kita bukannya maju malah jatuh ke dalam lubang (apakah seperti itu keadaan saya saat ini? –red: nav- ).

Apalah artinya tawaran yang menjanjikan dari perusahaan ( misalkan dari perusahaan international D yang letaknya dekat dengan rumah kita bersedia menerima kita bekerja di sana sebagai Kepala bagian dengan gaji Rp 10.000.000,-) tetapi hubungan interpersonal kita tidak baik (misalkan di tempat kerja kita sering disirikin teman seruangan karena hubungan kita dengan atasan sangat baik). Akan tetapi, apakah lebih baik jika hubungan interpersonal kita baik (misalkan di tempat kerja kita hubungan dengan teman sekerja sangat baik, demikian juga hubungan dengan atasan) namun apa yang kita dapatkan dari perusahaan tidak seperti yang kita bayangkan (misalkan perusahaannya berskala kecil yang letaknya jauh dari rumah kita dan gaji yang kita dapat sama persis sebesar UMP).

Saya jadi teringat pesan dari Mr.Dj selaku Pembantu Direktur III di institusi tempat saya dulu bekerja yang mengatakan bahwa orang kerja itu mencari kepuasan jasmani dan juga kepuasan batin. Namun sangat sulit mendapatkan keduanya. Oleh karena itu, kita harus bertindak bijaksana agar kedua hal tersebut mampu kita seimbangkan.

Banyak hal akan menjadi pertimbangan kita dalam memilih. Ketika kita berpikir bahwa itu yang terbaik untuk kita, harus kita perhatikan aspek positif dan negatifnya. Setelah semua aspek kita pertimbangkan, jangan pernah ragu untuk mengambil keputusan. Baik itu keputusan untuk bertahan ataupun untuk keluar. Konsekuensi apapun yang harus kita tanggung adalah hal yang mengikuti kita ketika kita mengambil keputusan. Pikirkan dengan bijaksana langkah hidup kita. –Nav-

Tidak ada komentar: