Dia benar-benar berubah. Selalu mengiyakan kata orang. Tidak lagi berani untuk mempertahankan argumennya.
Dulu ia ingin berkarir. Begitu katanya ketika kutanya tentang keinginan terbesarnya. Dulu dia ingin hidup di kota besar dimana dia bisa mengembangkan karirnya. Tapi itu dulu. Segala semangatnya yang berapi-api ketika kita berbicara dengannya.Aku ingin kerja di kota besar, nyari urang yang banyak. Aku pengen jadi cewek pintar yang sukses, aku pengen buktiin bahwa cewek cerdas itu jauh lebih baik.
Sekarang dia hanya ingin hidup tenang, jauh dari semua orang yang dikenalnya. Dia membayangkan hanya hidup dengan keluarga barunya di satu tempat yang jauh. Kalimantan atau Sumatera, daerah tujuannya kini. Jauh betul. Dulu ia ingin ke Bali. Sekarang ia ingin ke Kalimantan, sebuah tempat dimana semua orang benar-benar baru.
Aku hanya ingin hidup dengan tenang, tidak ada lagi keinginan untuk maju ataupun untuk berkarir. Begitu katanya ketika kutanya kenapa memilih Kalimantan
Sungguh ironis, seorang Dara yang dulunya ambisius, yang dulunya selalu mengakui dirinya cerdas, kini seolah-olah tidak punya lagi ambisi. Menjalani hidupnya dengan biasa saja. Bahkan tidak jarang ucapan pengakuan bahwa dirinya bodoh terlontar dari mulutnya. Dara merasa ketidakjujuran dari orang yang dipercayainya. Tapi lagi-lagi Dara memilih untuk diam. Berpura-pura seolah-olah tidak ada apa-apa, seolah-olah keadaannya baik-baik saja. Pernahkah ada orang yang menanyakan benar-benar keadaannya? Pernahkah ada yang benar-benar peduli padanya, yang mau mendengar ceritanya seperti dulu saat ia bercerita denganku, sahabatnya, tanpa menyalahkannya atas semua perasaannya dan tanpa menceritakannya kepada orang yang dimaksudnya?
Mungkin Dara memang harus ke Kalimantan. Mungkin dengan jauh dari semua orang jiwanya bisa sembuh. Atau mungkin dia butuh seseorang yang tidak membohonginya. Karena mempercayai seseorang adalah hal tersulit yang dia lakukan, dan ketika 1 kebohongan dilakukan padanya, entah soal pekerjaan atau apapun itu, maka ia akan memilih untuk diam tanpa berkomentar apa-apa. Karena ia tahu, seseorang yang melakukan kebohongan kepadanya berarti menganggap dara bodoh sehingga orang tersebut berani membohongi Dara. Dara,maaf aku tidak bisa menemanimu dan mendengarkan segala ceritamu seperti dulu karena saat ini kita lain kota sehingga kita jarang komunikasi seperti dulu.
Sepertinya ada banyak Dara di sekeliling kita. Tidak hanya Dara yang mengubah kepribadiannya yang ambisius menjadi sosok yang 'nrimo'.Temen saya di sini juga mengubah kepribadiannya untuk mencapai apa yang disebutnya sebagai ketenangan hidup.Apakah keadaan dan waktu bisa mengubah kepribadian seseorang?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar